Minggu, 18 Januari 2015

MENILIK KEBERAGAMAN DI AMBARAWA



MENILIK KEBERAGAMAN DI AMBARAWA
Indonesia merupakan salah satu negara yang majemuk dalam soal kepercayaan dan keagamaan. Agama apapun ada di Indonesia, dan itu menjadi salah satu pertanda bahwa negara ini memang ramah terhadap perbedaan.
Tetapi, akhir-akhir ini seringkali terjadi perselisihan antar umat beragama yang mengakibatkan perbedaan pandangan dan bentrok. Perbedaan memang menjadi hal yang sunnatullah, karena hal itu merupakan wujud kehidupan demokratis yang berpsinsip pada kebebasan hak dan berpandangan.
Tentang kerukunan umat beragama, tidak ada salahnya kalau kita menilik nilai-nilai luhur kerukunan umat beragama yang ada di Kota Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Di Ambarawa, kita bisa melihat bagaimana masyarakat hidup dalam lingkungan saling rukun dan menghargai antar umat beragama. Karena, di Ambarawa ada Masjid yang diberi nama Masjid Palaga, dan uniknya disekitar masjid tersbeut terdapat tempat ibadah untuk agama lain, seperti Gereja Jago, Pura dan Goa Maria.
Tentunya hal ini menjadi fenomena menarik dan perlu dicontoh seluruh masyarakat, bahwa dalam perbedaan berpandangan dan beragama, kerukunan tetap bisa diwujudkan.
Ketua Ta’mir Masjid Palaga Ambarawa, Sumardi mengatakan, masyarakat di Ambarawa memang sangat majemuk dan saling menghargai kepercayaan masing-masing. Menurutnya, setiap manusia memiliki kebebasan dalam menentukan keyakinannya dan tentunya dengan penuh tanggungjawab.
Selain itu, setiap ada kegiatan keagamaan, masing-masing umat beragama juga saling menghargai. Bahkan tak jarang ketika ada hari-hari besar keagamaan, antar umat beragama saling memberikan ucapan selamat, sebagai wujud penghargaan terhadap kepercayaan orang lain.
“Tidak ada yang mayoritas dan minoritas disini, semua sama. Sama-sama umat beragama dan meyakini terhadap adanya tuhan. Dan kita menghargai masing-masing kepercayaan orang,” katanya.
Fenomena kerukunan umat beragama di Ambarawa menjadi salah satu fokus liputan dari crew magang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Semarang yang melakukan peliputan di Ambarawa pada hari Jumat-Minggu (21-23 November 2014).
Dalam workshop jurnalistik tahun 2014 ini, diikuti oleh 26 crew magang dari mahasiswa berbagai jurusan di FITK. Dari 26 orang tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama terdiri dari 9 orang yang membuat majalah bayangan dengan nama Investasi. Kelompok kedua yang terdiri dari 9 orang dengan membuat majalah bayangan Kelana dan kelompok ketiga terdiri dari 8 orang dengan membuat majalah dengan nama Metafisis.
Sebelum melakukan peliputan di lapangan, seluruh crew magang ini mendapatkan pelatihan jurnalistik dari narasumber yang mumpuni di bidang jurnalistik. Baik dari jurnalis, fotografi, lay out, maupun desain grafis.
Pimpinan Umum LPM Edukasi, Fahmi Assidqie mengatakan, dalam pembuatan sebuah laporan jurnalistik memang dibutuhkan keseriusan dan keahlian dalam memperoleh informasi dan menguak fakta di lapangan. Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh crew magang untuk serius dalam melakukan peliputan jurnalistik dan menuangkan hasil liputan dalam sebuah karya tulis yang bisa dinikmati banyak orang.
“Dengan mengikuti workshop ini, semoga teman-teman crew magang bisa menjadi jurnalis kampus yang handal dan menguak fakta dengan kritis dan egaliter,” ungkap Fahmi.
Seluruh kelompok juga melakukan berbagai persiapan untuk melakukan peliputan, yaitu rapat redaksi. Dalam rapat tersbeut, seluruh crew mencurahkan semua idenya dan beradu argument dalam menentukan tema dan mencari narasumber yang pas.
Kelompok Investasi dengan pimpinan redaksi Jamil membuat fokus liputan pada bidang perekonomian masyarakat Ambarawa. Saat peliputan, kelompok ini mencari informasi di Pasar Projo dan Pasar Lanang. Dari informasi yang didapat, banyak masyarakat yang merasa kesusahan pasca kenaikkan harga BBM. Karena, kenaikkan harga BBM ini telah menaikkan seluruh harga pokok.
Sedangkan kelompok Kelana dengan pimpinan redaksi Adil Fil Fikri lebih mengambil tema tentang pesona pariwisata di Ambarawa. Dalam peliputan ini, kelompok ini menemukan bahwa Ambarawa memang memiliki pesona wisata yang luar biasa banyaknya, seperti Stasiun Ambarawa yang didirikan pada masa penjajahan Belanda sejak tahun 1873, dan Goa Maria yang menjadi pesona alam berbasis agama.
Sedangkan kelompok Metafisis yang mengambil tema kerukunan umat beragama di Amabrawa.
Setelah selesai melakukan peliputan dan merampungkannya dalam bentuk tulisan repotase. Pada hari Minggu, seluruh karya yang tergabung dalam tiga kelompok tersebut dievaluasi dan dinilai oleh juri. Dari penilaian juri ditetapkan untuk juara pertama dari kelompok Kelana dengan nilai 840, juara kedua yaitu kelompok Metafisis dengan nilai 832. Sedangkan juara tiga dari kelompok Investasi mendapatkan nilai 789.
“Dari workshop ini semoga crew baru bisa mengambil pengalaman yang berharga ini dan bisa melanjutkan berkarya di LPM Edukasi,” harap PU LPM Edukasi. (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar