MENILIK KEBERAGAMAN DI
AMBARAWA
Indonesia merupakan salah satu
negara yang majemuk dalam soal kepercayaan dan keagamaan. Agama apapun ada di
Indonesia, dan itu menjadi salah satu pertanda bahwa negara ini memang ramah
terhadap perbedaan.
Tetapi, akhir-akhir ini seringkali
terjadi perselisihan antar umat beragama yang mengakibatkan perbedaan pandangan
dan bentrok. Perbedaan memang menjadi hal yang sunnatullah, karena hal itu
merupakan wujud kehidupan demokratis yang berpsinsip pada kebebasan hak dan
berpandangan.
Tentang kerukunan umat beragama,
tidak ada salahnya kalau kita menilik nilai-nilai luhur kerukunan umat beragama
yang ada di Kota Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
Di Ambarawa, kita bisa melihat
bagaimana masyarakat hidup dalam lingkungan saling rukun dan menghargai antar
umat beragama. Karena, di Ambarawa ada Masjid yang diberi nama Masjid Palaga,
dan uniknya disekitar masjid tersbeut terdapat tempat ibadah untuk agama lain,
seperti Gereja Jago, Pura dan Goa Maria.
Tentunya hal ini menjadi fenomena
menarik dan perlu dicontoh seluruh masyarakat, bahwa dalam perbedaan
berpandangan dan beragama, kerukunan tetap bisa diwujudkan.
Ketua Ta’mir Masjid Palaga Ambarawa,
Sumardi mengatakan, masyarakat di Ambarawa memang sangat majemuk dan saling
menghargai kepercayaan masing-masing. Menurutnya, setiap manusia memiliki
kebebasan dalam menentukan keyakinannya dan tentunya dengan penuh
tanggungjawab.
Selain itu, setiap ada kegiatan
keagamaan, masing-masing umat beragama juga saling menghargai. Bahkan tak
jarang ketika ada hari-hari besar keagamaan, antar umat beragama saling
memberikan ucapan selamat, sebagai wujud penghargaan terhadap kepercayaan orang
lain.
“Tidak ada yang mayoritas dan
minoritas disini, semua sama. Sama-sama umat beragama dan meyakini terhadap
adanya tuhan. Dan kita menghargai masing-masing kepercayaan orang,” katanya.
Fenomena kerukunan umat beragama di
Ambarawa menjadi salah satu fokus liputan dari crew magang Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas
Islam Negeri Semarang yang melakukan peliputan di Ambarawa pada hari
Jumat-Minggu (21-23 November 2014).
Dalam workshop jurnalistik tahun
2014 ini, diikuti oleh 26 crew magang dari mahasiswa berbagai jurusan di FITK.
Dari 26 orang tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama terdiri
dari 9 orang yang membuat majalah bayangan dengan nama Investasi. Kelompok
kedua yang terdiri dari 9 orang dengan membuat majalah bayangan Kelana dan
kelompok ketiga terdiri dari 8 orang dengan membuat majalah dengan nama
Metafisis.
Sebelum melakukan peliputan di
lapangan, seluruh crew magang ini mendapatkan pelatihan jurnalistik dari narasumber
yang mumpuni di bidang jurnalistik. Baik dari jurnalis, fotografi, lay out,
maupun desain grafis.
Pimpinan Umum LPM Edukasi, Fahmi
Assidqie mengatakan, dalam pembuatan sebuah laporan jurnalistik memang
dibutuhkan keseriusan dan keahlian dalam memperoleh informasi dan menguak fakta
di lapangan. Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh crew magang untuk serius
dalam melakukan peliputan jurnalistik dan menuangkan hasil liputan dalam sebuah
karya tulis yang bisa dinikmati banyak orang.
“Dengan mengikuti workshop ini,
semoga teman-teman crew magang bisa menjadi jurnalis kampus yang handal dan
menguak fakta dengan kritis dan egaliter,” ungkap Fahmi.
Seluruh kelompok juga melakukan
berbagai persiapan untuk melakukan peliputan, yaitu rapat redaksi. Dalam rapat
tersbeut, seluruh crew mencurahkan semua idenya dan beradu argument dalam
menentukan tema dan mencari narasumber yang pas.
Kelompok Investasi dengan pimpinan
redaksi Jamil membuat fokus liputan pada bidang perekonomian masyarakat
Ambarawa. Saat peliputan, kelompok ini mencari informasi di Pasar Projo dan
Pasar Lanang. Dari informasi yang didapat, banyak masyarakat yang merasa
kesusahan pasca kenaikkan harga BBM. Karena, kenaikkan harga BBM ini telah
menaikkan seluruh harga pokok.
Sedangkan kelompok Kelana dengan
pimpinan redaksi Adil Fil Fikri lebih mengambil tema tentang pesona pariwisata
di Ambarawa. Dalam peliputan ini, kelompok ini menemukan bahwa Ambarawa memang
memiliki pesona wisata yang luar biasa banyaknya, seperti Stasiun Ambarawa yang
didirikan pada masa penjajahan Belanda sejak tahun 1873, dan Goa Maria yang
menjadi pesona alam berbasis agama.
Sedangkan kelompok Metafisis yang
mengambil tema kerukunan umat beragama di Amabrawa.
Setelah selesai melakukan peliputan
dan merampungkannya dalam bentuk tulisan repotase. Pada hari Minggu, seluruh
karya yang tergabung dalam tiga kelompok tersebut dievaluasi dan dinilai oleh
juri. Dari penilaian juri ditetapkan untuk juara pertama dari kelompok Kelana
dengan nilai 840, juara kedua yaitu kelompok Metafisis dengan nilai 832.
Sedangkan juara tiga dari kelompok Investasi mendapatkan nilai 789.
“Dari workshop ini semoga crew baru
bisa mengambil pengalaman yang berharga ini dan bisa melanjutkan berkarya di
LPM Edukasi,” harap PU LPM Edukasi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar