Kamis, 15 Januari 2015

Mengajarkan Bahasa Krama Pada Anak



Mengajarkan Bahasa Krama Pada Anak


Pendidikan akan membentuk manusia menjadi oran yang beradab, namun belakangan ada fenomena aneh, institusi pendidkan malah menjadi tempat untuk memperkosa anak didiknya. Bukan hanya secara fisik tapi, secara umum psikis menjadi serangan paling dominan dilakukan.
Bergama cara penyerangan dilakukan untu memberhasilkan paham masing-masing guru. Ada paham radikal, paham sekular atau paham-paham lain yang dapat merusak keanggunan bangsa. Anak murid yang menjadi korban tidak terasa kalau dirinya tengah dijadikan kelinci percobaan. Doktrinasi paham akan semakin menguat ketika guru berkedok AGAMA mengajar. Mereka akan segera menyusupi bahasa-bahasa asal tanah ARAB serta kebudayaan ARAB atau BARAT yang menjadi kiblat fashion mereka kenakan. Maka, dari itu perhatian siswa akan terpusat pada kebudayaan yang guru AGAMA ajarkan.
Kebudayaan lokal yang mereka miliki semakin terkesampingkan. Ini dikarenakan banyak doktrin yang berpijak pada budaya luar. Mereka lebih suka mengutip bahasa-bahasa luar yang dianggap sebagai penunjukkan kalau dirinya “pintar”. Mereka para pengajar Pede menggunakan bahsa luar dalam percakapan sehari-hari dari pada bahsa jawa asli ataupun bahsa indonesia. untuk itu, kalau ini dibiarkan bahsa lokal seperti bahsa jawa akan hilang tergerus bahasa asing kemudian hari.
Pak ganjar sebagai gubernur jawa tengah telah mengeluarkan beberapa peraturan mengenai aturan bahasa daerah. Karena apabila tidak segera dilestarikan akan berdampak terasingnya bahasa lokal. Dan generasi muda akan melupakan bahasanya sendiri. setidaknya pak gubernur telah memberlakukan sejak tahun 2014. Bahwa setiap hari kamis dan jumat, seluruh elemen pemerintahan wajib berbahasa daerah. Meski, bahasa ngoko sekalipun.
Penulis sendiri masih belum lancar menggunakan bahasa aslinya sendiri. karena bahasa lokal kromo yang pernah penulis tempuh lebih mengedepankan aspek formalitas dalam pembelajaran. Guru hanya mengajarkan apa yang telah ada pada teks. LKS yang menjadi pedoman telah memetakan isi pembelajaran. Sehingga, guru mengikuti LKS tersebut. Jadi, kreatifitas guru tidak pernah ada. kebahasaan pada peserta didik tidak diperhatikan dengan itu, Guru kerap mengabaikan hal itu. Mereka lebih bermuara pada penghabisan materi semata. Padahal bahasa arab, bahasa indonesia, ataupun bahasa jawa tujuannya agar dapat digunakan sebagai komunikasi. Agar bahasa yang disampaikan disuatau daerah dapat dimengerti. Intinya pembelajaran bahasa apapun, untuk komunikasi.
Sayangnya, hal ini tidak pernah disadari oleh guru. Guru menjadikan bahasa jawa hanya mata pelajaran sepele. Pengalaman penulis dalam pembelajaran bahasa jawa. Kerap tidak seperti bahasa-bahasa lainnya, seperti inggris dan Arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, kita akan disuguhi beberapa pembendaharaan kata yang mampu kita hafal. Ada kata benda, kerja ataupun sifat. Sedangkan untuk bahasa krama ada namun Cuma sedikit saja. kalaupun ada kebanyakan adalah bentuk benda, seperti nama hewan.
Bahasa krama apabila dapat diresapi oleh masyarakat sekarang akan menambah kehalusan bersikap. Sikap halus ini karena pembawaan bahasa krama sangat sulit marah. Ketika orang marah menggunakan bahasa krama, yang terjadi bukan akan malah adu jotos. Melainkan, perdamaian yang pada akhrinya. Karena bahasa krama adalah bentuk kesopanan tertinggi dalam kebahasaan jawa. Apabila, hal ini membudaya dalam sosial kebahasaan masyakat jawa mungkin tawuran antar geng atau pelajar dapat hangus.
Bahasa jawa kurang populer dalam masyarakat kita. Kita harus jujur dengan hal itu.rumah tangga dalam mendidik komunikas anaknya akan lebih mengutamakan bahasa indonesia dari pada bahasa jawa. Memang hal itu tidak masalah demi melancarkan kebahasaan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia. namun, bahasa indoensia sudah menjadi bahasa komunikasi resmi di sekolah. Sehingga, penempatan bahasa ketika di rumah alangkah baiknya anak diajarkan menggunakan bahasa jawa.
Sehingga, ketika anak diajarkan menggunakan bahasa jawa ketika di rumah, maka akan menjadi salah satu aset negara untuk tetap melestarikan budaya jawa yang ingin hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar