Sabtu, 17 Januari 2015

Menolak Perkotaan Kelas



Menolak perkotakan kelas
Pendidikan dalam sekolah memiliki tujuan demi mendapat ilmu, namun tidak hanya itu dalam mendirikan sekolah. Sekolah juga memiliki tujuan lain yaitu mendidik murid saling berinteraksi dengan sesama. Ini sesuai dengan ciri manusia sebagai makhluk sosial. Bahwa manusia membutuhkan manusia lain dalam seklilngnya.
Bentuk interaksi sosial antar siswa akan memberikan warna dalam setiap karakter anak didik. Karakter mereka akan bercampur dengan karakter siswa lain ketika berada di sekolah. Melalui sekolah pula, karakter seorang murid akan terbentuk melalui interaksi. Mereka akan mencontoh siswa yang berkarakter baik dan memiliki jiwa kepemimpinan hebat. Namun sayang, sekarang dengan adanya perkotakan antar kelas menyebabkan rancangan tujuan sekolah buyar.
Perkotakan yang terjadi adalah pemisahan antar kelas yaitu kelas bagi orang kaya dan orang miskin. Atau perkotakan antar yang bodoh dan pintar.
Sebenarnya model pendidikan yang seperti ini hampir memiliki karakter khas yang pernah dilawan oleh karl marx dulu, melalui perlawanan kelasnya. Karl marx menggambarkan ada dua kelas dalam masyarakat. yaitu kelas pemiliki modal (borjuis) dan para pekerja/buruh (proletar).  Orang kaya yang memiliki modal banyak dan kemampuan lebih akan bertindak sebagai penguasa yang ini disebut sebagai kelas atas. Kelas yang kedua kelas bawah. Dalam kelas bawah diisi oleh orang-orang yang tidak memilki banyak modan dan kemampuan lebih, sehingga, mereka banyak memeras keringat demi kepentingan kelas atas memperoduksi duit.
Bila dikaitkan dengan perlawan kelas yang dipelopori karl marx maka, memiliki kemiripan pengelolaan sekolah sekarang. mereka yang memiliki uang melimpah dan kecerdasan akan diberikan penawran untuk masuk ke kelas favorit. Kelas bagi orang-orang yang mampu dan memiliki nilai lebih dalam belajar. Sedangkan kelas reguler untuk kelas yang diisi oleh orang-orang yang memiliki khas uang mepet dan bodoh. Hal inilah yang menjadikan problematika besar. pembagian kelas akan mengakibatkan jurang pemisah antar si kaya dan si miskin Atau si pintar dan si bodoh. Dualisme ini akan mengakibatkan perpecahan di antara siswa.
Siswa yang duduk di bangku kelas favorit hanya bergaul dengan orang-orang yang mereka anggap selevel. Mereka lebih berada dikelas dari pada harus melakukan interaksi dengan teman-teman lainnya, reguler. Teman reguler juga demikian. Kelas reguler akan memandang kelas favorit sebagai kelas tertinggi. Mereka akan selalu mendewakan kelas favorit tersebut. Sehingga, kelas reguler akan tersipu malu atau menganggap dirinya tidak pantas bergaul dengan teman favorit.
Pengajarannya pun masih diskriminasi. Pengajaran yang dilakukan kelas favorit akan di isi oleh guru-guru yang memilki kualitas tinggi. Dengan beberapa kecakapan kualitas lebih dibanding kelas reguler. Sedangkan kelas reguler harus rella gurunya memiliki kualitas yang pas-pasan dalam penguasaan ilmu. Padahal mereka sekolah untuk sama-sama memiliki ilmu yang sama dengan mereka. Pendidiknyapun harusnya memiliki kualitas yang mungkin hampir sama atau memiliki kualifikasi setingkat dibawahnya.
Tidak dipungkiri pembagian kelas hanya akan memilki dampak kurang baik bagi perkembangan jiwa sosial siswa. Mereka akan lebih idualis dari pada sosialis. Mereka akan menganggap kalau dirinya lebih pintar karena berada di kelas khusus,  akibatnya mereka akan lebih mengutamakan belajar terus tanpa tahu kondisi sosial yang juga penting dirangkul. Karena kelas reguler, kelas yang tidak memiliki batas maka, kelas reguler akan lebih luas jangkaun temannya dibandingkan kelas favorit.
Sebenarnya apabia boleh jujur penulis ingin melwan kelas seperti itu, bagi saya kelas itu mau mengembalikan romansa perang dingin kelas kapitalis melawan kelas sosialis. Yang dimana sejarah mencatat akan adanya pengucilan dan mengakibatkan pengahncuran.
Namun, yang dulu pemenang kapitalis, karena dapat membuat strategi licik menghancurkan sosialis. Namun, dalam kelas sekolah akan mengakibatkan pengucilan kepada kelas elit. Mereka ke depan akan terasing oleh teman-temannya. Akibatnya, relasinya sedikit dan mereka kebanyakan akan induvidulais tulen.
Perjuangan marx dalam mengahncurkan kelas harus kembali dibangun. Menolak pengadaan kelas favorit. Kelas favorit hanya akan memberi jarak yang menganga. Sehingga, kelas menganga tersebut akan menimbulka perpecahan. Ingat kita sekolah bukan hanya mencari ilmu kelas. Tapi, ilmu empiris juga. Jadi kelas perkotakaan lebih baik tiadakan saja.
Apabila kelas perkotakaan ditiadakan maka, kelas reguler yang berisi orang bodoh-bodoh akan ada disis minimal satu orang yang berada dikelas reguler untuk menjadi pengajar kedua setelah guru. Orang yang pintar tersebut akan mengajari murid yang tidak bisa menjadi bisa.
Dengan begitu perjuangan karl marx dalam pemerataan kelas sudah dapat terjuangkan. Maka, pendidikan akan terisi rata. Tidak akan ada pengeluaran sekolah yang bodoh dan tidak ada pengeluaran sekolah yang pintar, semua sesuai dengan standar lebih yang menjadi standar sekolahan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar