Selasa, 20 Januari 2015

Upacara bendera



Upacara bendera
Hari senin, ya ampun. Aku lupa kalau ini hari senin. Aku bangun kesiangan. Ini  jatah bertugas sebagai penjaga kelas dalam upacara nanti. Wah mati aku kalau telat. Bisa-bisa dihukum meneglilingi sekolahan tujuh kali nih. “kataku dalam hati. Akupun cepat-cepat membuang selimut. Segera mandi, meninggalkan semua hal-hal yang biasa aku lakukan sewaktu mandi. Biasanya kalau mandi aku lama. Olah raga mukul seperti film crows zero ataupun melakukan pidato, ngomong-ngomong sendiri seperti orang gila. itulah aku yang sekarang duduk di kelas dua Madrasah Aliyah Negeri kebon wangon satu. Aku murid paling baik, kata teman-temanku. Semua temanku kalau nyontek kepadku selalu aku kasih. Meski, tidak tahu itu salah atau benar. Yang penting setia kawan.
Sekolahku dengan rumah berjarak satu kilometer. Aku ketika berangkat sekolah biasanya jalan kaki. Kadang-kadang ada teman baik hati mandek boncengke aku ke sekolah. Tapi hari ini ku rasa aku tidak akan menemui boncengan gadis yang biasa baik hati membagi kursi mionya kepadaku. mungkin dia sudah berangkat dulu. Ini artinya, aku harus lari sekencang-kencangnya untuk time on ke sekolah. Ya, disiplin adalah sesuatu hal paling aku benci. Sebab peraturan displin telah menyiksaku. Aku jadi tidak bebas. Setiap hari harus berangkat pagi-pagi. Tidur pagi yang setiap hari kulakukan sewaktu SMP tidak bisa lagi ku lakukan ketika sejak menginjak ke sekolahan ini. benar-benar menyiksa. Tapi, kadang aku berfikir kalau displin telah memberikan banyak keuntungan kepadaku. contohnya aku dapat boncengan dari mia ketika berangkat pagi. Mia adalah teman kenalan temanku kampung. Mia menyukai temanku. Namun, temanku hanya sebatas ingin berteman saja dengan mia. Tidak lebih. ku akui mia orangnya gaul dan ngerti sekali tentang fashion. Temanku ku wanti-wanti jangan mau dengannya, karena aku tahu dia sudah punya pacar.
 Sebelum sampai gapura sekolah, tiba-tiba dibelakang ada suara bel motor. “bib bib” kelason motor itu dua kali berbunyi. Aku pun menolehkan kepala ke belakang. Ouh mia toh. Aku pun menyenyuminya. Diapun membalas senyuman dan sapaan senyumku. Hanya senyum, yak hanya senyum yang kita lakukan tidak ada kata yang terucap, kalaupun ada pasti akan membahas temanku. Radil. Radil adalah teman sekampungku. Dia tidak sama sekolahnya dengan aku dan mia. Jadi mia, sering sekali bertanya tentang dia ketika boncengan dengan ku. Dia pun langsung melanjutkan perjalanannya dan akupun menjumpai anak pondok tobakul sama sepertiku “TELAT”.
Banyak siiswa yang berlaraian kulihat dari kejauhan. Ouh, mungin itu tanda kalau gerbang sekolah akan ditutup. Semua siswa dari pondok yang berada di belakangku. Mengucapkan ayo mlayu. Akupun mengikuti seruan itu. Seruan yang menginginkan kita ingin berada di sekolah. Meski biasanya kalau cah pondokan tidak lepas dari adigium sekolah hanya sebagai tempat ganti kasur alias tempat tidur pengganti. Mereka tetap ingin mencari ilmu seperti aku,. Tidak mau dihukum apalagi dipermaluan oleh guru BP. Tida lagi mau kena hukuman poin. Sekolahku mengenakan hukuman poin bagi siapapun yang melanggar, untuk jumlah poin berbeda-beda tergantung berat pelanggarannya. Kalau Cuma telat cukup dua poin saja. hukuman terberat poin seratus yaitu melakukan tindakan asusila itupun langsung get out alias keluar dari sekolah.
Setelah gerbang ingin ditutup satpam sekolahan, pepi kami biasa memanggil satpam itu. Kami segera mencegah gerbang itu. Kami menahan gerbang agar tidak tertutup. Sehingga, kami dapat masuk sekolah dengan aman. Tidak telat. Perjuangan melelahkan karena tidak disiplin. Setelah kebanyakan kamu sudah pada masuk, ada temanku yang sekelas, dia waknal anak pondok yang tak jauh dari tempat kkami menimba ilmu. Wak nal ku senyumi saja. dan aku lambaikan tangan kanannku sebagai ucapan selamat tinggal. Wak nal malah tersenyum-senyum kesal karena telat. Hampir saja waknal bisa lolos dari jeretan telatnya. Kalau saja, “pepi”tidak dicegah guru BP untuk membukakan pintu gerbang. Waknal kesal sendiri kulihat dari raut wajahnya. Sambil senyum-senyum melihat waknal aku berjalam menuju kelas membangkukan tas punggungku.
Kelas kok kosong :”kaget “. Ouh wah parah, upacara udah dimulai. Mau kesana atau tidak,,dengan menghitung dengan jari-jari untuk mempertimbangkan untuk pergi upacara atau mengambil keputusan tetap dikelas. Ouh ternyata pertimbanganku jatuh ke lapangan. Jadi, aku langsung bergegas ke lapangan. Penasaran melihat siapa penggantiku sebagai petugas upacara. Ouh no ”tidak, ternyata tugas yang ku emban belum ada yang mengisi”. Kaget saat melihat kosong momplong gak ada yang mengganti tugasku. Aku langsung berjalan cepat setengah lari. Banyak guru yang berada dibelakang melihatku dengan tatapan tajam. Ada yang sempat guru memanggil tapi, tidak aku hiraukan. Pura-pura tidak dengar.
Aku segera merepat keberisan tengah kelas dua ipa. Bukan kelasku. Aku tidak tahu kelasku dimana. Yang pasti ini bukan kelasku. Tapi karena sempat punya kenalan, teman baik saat kelas sepuluh jadinya, aku diberi tempat istimewa. Teman-temannya pun baik padaku. Tapi, setelah ada pengecekkan kelas oleh guru tiap wali kelas. Aku segera mencari kelas dan mendekati tempat yang menjadi bagianku bertugas. Guru di sekolahku sering sekali mengecek murid ketika upacara bendera. Guru akan mencatat siapa-siapa saja yang tidak mengikuti upacara bendera, mereka akan mendapat sanksi dari guru. Biasanya hukumannya adalah berdiri selama dua jam dan menghormat di bawah bendera. Meski, tidak masuk pun akan mendapat hukuman, bagi yang membawa surat hukuman itu, tidak berlaku, hanya yang bolos dan tidak mengikuti waktu upacara. Semua ini dilakukan agar siswa atau siswi dapat berjiwa nasionalis. Dan mmapu merespi nilai-nilai baik pancasila.
Saat guru mulai kedepan aku segera pindah ke sisi lain, sambil mengendap-ngendap ke kelas lain. sampailah aku di depan tempat yang menjadi tanggung jawabku  “TUGAS MENJADI PENJAGA KELAS”.aku langsung menempatkan diri di depan. Aku menjaga kelas sepuluh lima”. Sepuluh lima dulu pada saat zamanku, adalah musuh terkuat futsal melawan kelasku. Mereka diisi pemain TOP MAN. Mereka kini kebanyakan menjadi TIMNAS SEKOLAHKU. Aku pun ditertwai oleh adek kelas yang berada di belakang saat aku berdiiri saat ini. mereka berkata “mas kok telat”. Haha,,hik hik,, banyak yang menertwakan, sampai-samapi ada yang mencubit tanganku dari belakang. Aku tidak tahu, segera aku melihat kebelakang. Sambil senyum-senyum malu, menggaruk-garukkan tangan ke kerambut. Aku tersenyum saja, meanyakan kepada adek kelasku yang tak tahu namanya siapa “ dek, siapa tadi yang jawel?” adek kelas hanya tersenyum menyembunyikan sesuatau dari ku “ gak tahu mas, gak lihat ouk”. Senyum teros dan akhirnya aku bilang gini “shutt” jangan banyak guyu lagi upacara bendera nih. Sambil guyonan dalam memberikan nasehat. Tapi, mereka juga menjawab agak sedikit tidak serius “iya, mas. Its oke”..sambil senyum.
Tiba-tiba, teman sebelahku yang menjaga kelas sepuluh enam maju. Karena aku melihat belakang, jadi tidak tahu. Untung adek kelas yang tepat berada sis kananku memberitahu “mas itu mas itu maju kedepan”. Aku pun menoleh ke depan. “Ouh iya”, aku langsung bergegas maju kedepan, saat berjalan aku menundukkan kepala agak malu karena melkukan kesalahan. Dalam upacra biasanya kita laporan ke komandan upacra. Namun yang bertugas melapor bukan aku jadinya hanya diam saja mendengarkan laporan kalau semua baik-baik saja. padahal dalam kelas sepuluh yang aku jaga seluruh siswa siswinya ribut gak genah semua “benakku berkata”. Tak berlangsung lama setelah jeritan hati mengkritik laporan temanku, aku kembali. aku tengokkan kepalaku ke sisi dimana banyak yang menengok sisi itu.. ada yang kena hukum guru ternyata, di jewer. Aku gak tahu kenapa sampai kena hukum seperti itu. Itu dari kelas tiga, temanku. Tapi tak tahu siapa disana, aku terus menanyakan kepada belakangku, tapi bilang kagak tahu. Akupun kembali fokus melihat serangkaian prosesi upacara. Namun hatiku tetap gusar ingin tahu siapa yang dijewer..
Tiba-tiba penasaranku terakihakan dengan kesukaanku melihat merah-putih berkibar ditinga putih sekolahku. Aku hormat dan menyanyikan lagu kebangsaan bareng-bareng. Kita bangga dan hikmat menyanyikan lagu ciptaan WR. Supratman ini......lanjutnya besok-beso lagi..(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar