Mengajarkkan Anak Cinta Masjid
Umat islam tidak lama telah
melaksanakan peringatan hari maulud nabi muhammad SAW. Kita telah mendengarkan
lantunan sholawat dengan riuh-riuh dan merdunya suarau di balik mikrofon
masjid. Mereka datang “tidak dibayar” untuk mendentunkan sholawat nabi. Mereka
merayakan kelahiran nabi atas dasar “cinta” nabi teramat dalam. mereka rela
bermalam sampai jam menunjukkan “jam tidur” ketika kedatangan maulud, sebagai
perayaan nabi besar “MUHAMMAD SAW”. Namun, bukan lagi bapak-bapak atau ibu-ibu
yang datang di masjid melainkan anak juga kadang mengikuti acara peringatan
nabi tersebut. Begitu indahnya bila, anak sejak dini ditanamkan dekat dengan
agama ditengah-tengah “zaman Edan” seperti sekarang.
Anak-anak kerap kali “ada “
dalam setiap peringatan nabi. Hal inilah yang menjadi kebahagiaan kepada semua
orang tua muslim yang melihat anaknya giat mendatangi masjid. Masjid adalah
tempat suci bagi umat islam. Dengan kedatanagn mereka semoga nanti mereka akan menjadi
suci seperti masjid, yang tabu dijadikan praktek maksiat seperti tempat-tempat
lainnya. Semoga anak nantinya mampu menjadi seperti masjid yang tidak suka
melakukan tindakan kejahatan, begitu doa setiap orang tua.
Mengurus anak butuh perhatian
khusus agar nantinya anak cinta datang ke masjid. Untuk itu lingkungan sangat
mempengaruhi anak suka atau tidak suka datang ke masjid. Orang tua ketika
mendidik anak harusnya pintar-pintar mendorong anak agar dapat cinta masjid.
Dengan cinta masjid maka, anak otomatis jiwa religiusnya lebih dibanding dengan
anak yang absen melulu datang ke masjid.
Langkah yang perlu dilakukan
oleh orang tua agar dapat menjadikan anak cinta masjid adalah sebagai berikut.
Pertama, membiarkan anak
sesuka bermain dalam masjid. Ketika acara maulid contohnya, anak kerap kali
sering berinteraksi dengan anak lain sejawatnya. Anak pasti melakukan hal-hal
lucu yang kerap kita asumsikan menggangu jalannya ritual keagamaan. namun,
apabila permainan itu dianggap mengganggu pada akhirnya, di kucilkan maka,
kondisi psikis anak akan berubah dengan masjid. Anak akan cenderung menakuti
masjid. Mereka akan selalu ogah-ogahan pergi ke masjid, meski hanya untuk
sholat berjamaah saja. untuk itu, sikap orang dewasa harus berhati-hati dalam
menangani ini.
Kedua, memberikan makanan
kepada anak. Makanan dari hasil maulid bisa dibagi-bagikan kepada anak. Anak
akan bangga ketika mendapat makanan ketika mengikuti hal-hal yang berbau
ritual. Mereka akan senantianya datang kembali ketika “eksistensi”nya diakui oleh
setiap orang dewasa yang ada dalam masjid.
Ketiga, mengikutkan pembacaan
apapun dalam setiap ritual keagamaan. partisipasi sanak sangat dibutuhkan demi
terciptanya regenerasi dari generasi berikutnya. Sehingga, generasi akan aman
terjaga. Dengan mengikutkan anak dalam setiap kegiatan ritual keagamaan akan
memberikan pengalaman kepada anak-anak. Pada akhirnya, ketika ada kegiatan
ritual keagamaan anak-anak akan lebih pengalamana dibanding dengan yang tidak
ikut. Hal inilah yang harus diusahakan agar anak-anak menjadi regenerasi.
Untuk itu, generasi sekarang
yang semakin kacau dapat tertangani apabila lingkungan dan orang tua dapat
berintegarasi nyata. Karena anak-anak akan menjadi baik ketika faktor kedua
tersebut dapat berjalan sejajar dalam mendidik anak. Sehingga, ketika
kesejajaran mereka dapat berjalan lancar, indonesia tidak usah mengagungkan
“KPK” sebagai dewa penyelamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar