Kamis, 29 Januari 2015

Mengajarkkan Anak Cinta Masjid



Mengajarkkan Anak Cinta Masjid

Umat islam tidak lama telah melaksanakan peringatan hari maulud nabi muhammad SAW. Kita telah mendengarkan lantunan sholawat dengan riuh-riuh dan merdunya suarau di balik mikrofon masjid. Mereka datang “tidak dibayar” untuk mendentunkan sholawat nabi. Mereka merayakan kelahiran nabi atas dasar “cinta” nabi teramat dalam. mereka rela bermalam sampai jam menunjukkan “jam tidur” ketika kedatangan maulud, sebagai perayaan nabi besar “MUHAMMAD SAW”. Namun, bukan lagi bapak-bapak atau ibu-ibu yang datang di masjid melainkan anak juga kadang mengikuti acara peringatan nabi tersebut. Begitu indahnya bila, anak sejak dini ditanamkan dekat dengan agama ditengah-tengah “zaman Edan” seperti sekarang.

Anak-anak kerap kali “ada “ dalam setiap peringatan nabi. Hal inilah yang menjadi kebahagiaan kepada semua orang tua muslim yang melihat anaknya giat mendatangi masjid. Masjid adalah tempat suci bagi umat islam. Dengan kedatanagn mereka semoga nanti mereka akan menjadi suci seperti masjid, yang tabu dijadikan praktek maksiat seperti tempat-tempat lainnya. Semoga anak nantinya mampu menjadi seperti masjid yang tidak suka melakukan tindakan kejahatan, begitu doa setiap orang tua.

Mengurus anak butuh perhatian khusus agar nantinya anak cinta datang ke masjid. Untuk itu lingkungan sangat mempengaruhi anak suka atau tidak suka datang ke masjid. Orang tua ketika mendidik anak harusnya pintar-pintar mendorong anak agar dapat cinta masjid. Dengan cinta masjid maka, anak otomatis jiwa religiusnya lebih dibanding dengan anak yang absen melulu datang ke masjid.

Langkah yang perlu dilakukan oleh orang tua agar dapat menjadikan anak cinta masjid adalah sebagai berikut.

Pertama, membiarkan anak sesuka bermain dalam masjid. Ketika acara maulid contohnya, anak kerap kali sering berinteraksi dengan anak lain sejawatnya. Anak pasti melakukan hal-hal lucu yang kerap kita asumsikan menggangu jalannya ritual keagamaan. namun, apabila permainan itu dianggap mengganggu pada akhirnya, di kucilkan maka, kondisi psikis anak akan berubah dengan masjid. Anak akan cenderung menakuti masjid. Mereka akan selalu ogah-ogahan pergi ke masjid, meski hanya untuk sholat berjamaah saja. untuk itu, sikap orang dewasa harus berhati-hati dalam menangani ini.

Kedua, memberikan makanan kepada anak. Makanan dari hasil maulid bisa dibagi-bagikan kepada anak. Anak akan bangga ketika mendapat makanan ketika mengikuti hal-hal yang berbau ritual. Mereka akan senantianya datang kembali ketika “eksistensi”nya diakui oleh setiap orang dewasa yang ada dalam masjid.

Ketiga, mengikutkan pembacaan apapun dalam setiap ritual keagamaan. partisipasi sanak sangat dibutuhkan demi terciptanya regenerasi dari generasi berikutnya. Sehingga, generasi akan aman terjaga. Dengan mengikutkan anak dalam setiap kegiatan ritual keagamaan akan memberikan pengalaman kepada anak-anak. Pada akhirnya, ketika ada kegiatan ritual keagamaan anak-anak akan lebih pengalamana dibanding dengan yang tidak ikut. Hal inilah yang harus diusahakan agar anak-anak menjadi regenerasi.

Untuk itu, generasi sekarang yang semakin kacau dapat tertangani apabila lingkungan dan orang tua dapat berintegarasi nyata. Karena anak-anak akan menjadi baik ketika faktor kedua tersebut dapat berjalan sejajar dalam mendidik anak. Sehingga, ketika kesejajaran mereka dapat berjalan lancar, indonesia tidak usah mengagungkan “KPK” sebagai dewa penyelamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar