interaksi
kegiatan belajar mengajar dalam kelas
OLEH :
MUHAMMAD ABDUL MUISY
Sekolah adalah institusi
yang memberikan sejumlah penawaran ilmu kepada para siswa. Sekolah menurut Ki
Hajar Dewantara sebagai taman siswa. Dimana selayaknya taman, sekolah harus memiliki
interaksi dan senang belajar dalam gedung sekolahan. Dengan menerapkan sekolah
yang diamanatkan bapak pendidikan, murid senantiasa senang duduk dibangku kelas
dan mengikuti belajar mengajar tanpa tekanan dari manapun, karena sekolahnya
adalah taman yang indah. Taman buat mengetahui semua keindahan ilmu yang ada
disekitarnya.
Menerapkan amanat ki
hajar dewntara kelihatannya mudah dan meyenangkan dalam pendidikan, tetapi
nyatanya keindahan isapan jempol semata tentang konsep sekolahan warisan salah
satu founding father itu. gembar-gembor mengubah pola interaksi mendidik
disuarakan oleh ahli-ahli pendidikan. pemerintah akhirnya mengeluarkan
kurikulum baru. Kurikulum 2013 menjadikan produk baru mengubah gaya pendidikan pengajaran yang
seperti meminjam istilah pauolo freire model bank, atau top-down.
Murid dalam sekolahan
seperti sami na waato’na. Artinya murid hanya mendengarkan dan pasif dalam
kegiatan belajar menagajar. Mereka hanya menjadi seperti gelas yang nasibnya
tidak lebih hanya pasrah diisi air. Kalau gurunya buta ( tidak peka) terhadap
kemampuan siswanya, guru cuek bebek tidak peduli kepada pemahaman setiap
siswanya. Mereka ( guru ) terus mengisi tanpa mau berhenti meski sisiwa tidak
memiliki kemampuan menampungnya. Inilah realita kependidikan kita kalau tidak
diurai dan dicari solusi, pendidikan kita tidak akan ada perubahannya sama
sekali.
Dampak mengenai
kekecewaan terhadap sekolahan sudah beberapa kali terjadi. Sejumlah sisiwa SMA
di demak membolos sekolah. Mereka tertangkap
petugas saat main ps disalah satu rentalan di daerah demak (SM/lupa
tanggal).tertangkapnya sejumlah anak memakai seragam memberi indikasi kalau
sekolah membosankan bagi sisiwa. Mereka tidak nyaman di sekolahan. Apa yang
menurut sejumlah ahli tetang sekolahan menyenangkan sulit dilihat dalam
implementasinya. Maka, perlu sejumlah sekolahan, khusunya para guru dan
sejumlah petugas sekolah menerapkan budaya interaksi dalam memberikan layanan
kepada sisiwa.
Pendidikan yang
menerapkan kurikulum 2013 memberikan apresiasi lebih kepada siswa untuk aktif
kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai fasilisator saja dalam perannya
mengajar. Bukan berarti guru diam saja melihat siswanya semerawut mengerjakan
atau memahami sejumlah materi ataupun rumus. Namun, lebih ditekankan mengamati
seluruh kegiatan siswa di dalam kelas.
Interaksi dibutuhkan
setiap pendidik dengan peserta didik agar terciptanya kehangatan dalam proses
pendidikan. kedekatan ataupun kenyamanan yang telah hangat akan menjadikan
siswa semakin dekat pada pendidiknya. Pada akhirnya timbal balik rasa akan
dimiliki keduanya.
Interaksi sendiri dalam
kamus KBBI diartikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan atau saling
mempengaruhi. Dengan pengetian interaksi diatas dapat diterapkan oleh guru
digunakan mengajar peserta didiknya.
Guru harus menjadi
fasilisator yang baik. Guru dalam kegiatan belajar mengajar haruslah memiliki
kecermatan dalam mengajar. Dengan memberikan sejumlah penjelasan di awal baru
nanti setelah dianggap paham, guru baru memberikan sejumlah pertanyaan ataupun
menyuruh siswa untuk mengerjakan soal yang telah ada dibuku panduan. Gurupun
harus siap siaga mendampingi murid yang tidak paham dengan sejumlah materi.
Jangan sampai guru hanya menerangkan dan cuek menanggapi seluruh pertanyaan
yang ditimpalkan kepadanya.
Sikap eksplorasi semua potensi harus
seluruhnya dikeluarkan. Guyonan segar dapat diberikan sisiwa agar tidak pening
ketika menerima pelajaran berat. Contohnya seperi Matematika, IPA, IPS ataupun
Agama mampu diberikan dalam kemasam guyonan apik yang mampu membangkitkan
selera belajar siswa lagi.
Tidak lupa, semua guru
harus mampu mengaitkan semua pelajaran yang berhubungan dengan akhlak. Dengan
maraknya aksi tawuran, budaya seks dilingkungan sekolah, dan sejumlah kerusakan
moral yang banyak itu menjadikan semua elemen guru harus atau wajib hukumnya
membuat ide brilian agar siswa tidak kering nilai kebaikan. Ini juga bertujuan Agar
tidak ada dikotomi antar guru dalam pemebentukan moral siswa.
Siswa dalam kegiatan belajar mengajar haruslah
memiliki interaksi interktif. Agar kegiatan belajar mengajar yang menjadi
tujuan dari kurikulum 2013 tercapai. Siswa berani mengacungkan jari apabila
kesulitan dalam memahami sejumlah materi. Dengan berani bertanya ketidak
pahaman akan menjadi paham atau ketidak tahuan akan menjadi tahu. Bertanya
adalah salah satu anugerah yang tak ternilai harganya oleh apapun. Inipun yang
dilakukan oleh tokoh sekelas sokrates. Bertanya dan bertanya bila tidak tahu.
Ini sesuai yang
dikemukakan frans magnis suseno (2006:
17-18) manusia adalah makhluk bertanya.
Apapun yang berhadapan dengannya
ditanyakan. Manusia adalah makhluk tidak pernah sampai.tidak ada
pengetahuan apa pun yang bisa membuatnya tidak mau bertanya lebih lanjut.
Mengapa demikian? Karena manusia butuh pengetahuan. ( usman ali : 75)
Siswa juga harus
memiliki pola pendidik sama seprti pendidiknya. Ini bertujuan agar pelajaran
yang didapat benar-benar terserap atau tidak. Ketika salah satu siswa ditunjuk
maju menerangkan. Pastinya, guru mampu menilai apakah materi ini sudah paham
semua ataukah perlu menahan sebentar agar kembali diulangi.Cara ini paling
efektif untuk mengetahui sejumlah mana siswa memahami materi. Meski, memakan
waktu lama, tapi tidak ada salahnya dengan tujuan utama pendidikan, bahwa bukan
penyelesaian materi secara ngebut tapi hasil nol. Namun pemahamanlah yang
diutamakan demi menghasilkan kepuasan belajar .
Siswa dan guru yang ikut
aktif menjalankan amanat bapak pendidikan akan menjadikan pendidikan indonesia
semakin maju. Anggapan sekolah membosankan dalam mengejar ilmu akan hilang.
Siswa akan senang pergi sekolah dari pada nongkrong dijalanan ataupun diwarung
internet.
Hilangnya kesakralan
guru dalam mengajar. Guru yang tidak dapat dibantah dan diganggu gugat hilang
sendirinya. Dengan memakai konsep sekolah adalah taman yang berisi
keindahan-keindahan permainan yang mencerdaskan membuat segenap guru siap
memomong siswa yang butuh suapan pengetahuan. Dengan ini interaksi kegiatan
belajar mengajar akan tercipta
sendirinya. Sehingga mampu mewujudkan sekolah adalah taman. Tamannya siswa yang
butuh pengetahuan.
Ketika guru bergaul
dengan siswa, bukan berarti kewibawaan sebagai pengajar hilang. Malahan
eksistensi sebagai guru akan kerap kali terlihat terhormat di mata para siswa.
Jadi, jika ada statemen yang mengatkan kedekatan guru dengan siswa sebagai
pemunudran kewibawaan adalah salah besar. Jadi, guru harus dekat dengan siswa
karena menciptakan kehangatan dalam mengajar adalah tugas guru.