Sabtu, 24 Januari 2015

PEMIKIRAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM



PEMIKIRAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

1.      Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri manusia. Dengan definisi tersebut dapat ditafsirkan bahwa “suatu proses penanaman” mengacu pada metode dan sistem untuk menanamkan apa yang disebut sebagai “pendidikan” secara bertahap. “sesuatu” mengacu pada penerima proses dan kandungan itu.
Jawaban yang diberikan oleh Syed Muhammad Nauib Al-Attas telah memberikan beberapa unsur dari pendidikan. Diantaranya kandungan, proses, dan penerima. Akan tetapi keterdahuluan dari pendidikan adalah kandungan dan bukan proses. Misalnya saya rumuskan kembali definisi beliau tentang pendidikan seperti ini “pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap ditanamkan kedalam manusia”
Unsur pertama dalam pendidikan adalah manusia. Definisi manusia secara umum diketahui bahwa manusia adalah “ binatang rasional” atau “ النطيقالحيوان” dan semua sepakat bahwa itu adalah “nalar” para pemikir muslim tidak menganggap apa yang difahami sebagai rasio sebagai sesuatu yang terpisah dari apa yang yang dipahamkan sebagai intellectus. Mereka menganggap, aql (عقل) sebagai suat kesatuan organik dari rasio maupun intellectus.
Usur penting yang melekat di dalam pendidikan adalah kandungannya, yang disini disebut dengan “ sesuatu". Hal ini dilakukan secara sengaja, karena meskipun kita telah tahu bahwa hal itu mengacu kepada ilmu, kita harus masih menetapkan apa yang dimaksud dengannya. Pengajaran dan proses mempelajari ketrampilan saja betapapun ilmiahnya dan bagaimanapun yang diajarkan dan dipelajari tercakupkan dalam konsep umum tentang “ilmu” tidak harus pendidikan. Harus ada “sesuatu” didalam pendidikan yang jika tidak ditanamkan, tidak akan membuat pengajaran serta proses belajar dan asimilasinya sebagai suatu pendidikan. Kenyataannya, “sesuatu” yang disinggung di sini itu sendiri adalah ilmu.

Ada banyak definisi yan menguraikan tentang ilmu, salah satunya ialah bahwa ilmu pengetahuan adalah kedatangan (khushul: حصول ) makna sesuatu atau suatu objek pengetahuan dalam jiwa. Sedangka dengan mengacu jiwa sebagai penafsirannya, pengetahuan adalah sampainya ( وصول ) jiwa pada makna sesuatu atau obyek pengetahuan.
            Format penndidikan yang ditawarkan Al-Attas berusaha menampilkan wajah pendidikan, menurutnya mewujudkan manusia yang baik (Al-Insan Kamil) yang memiliki keseimbangan dalam kualitas fikir, dzikir, dan amalnya. Sistem pendidikan yang diformulasikannya, dimana tampak sangat jelas upaya Al-Attas untuk mengislamisasi ilmu pengetahuan dimana pendidikan Islam harus menghadirkan dan mengajarkan dalam proses pendidikannya tidak hanya Ilmu-ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu rasional intelek dan filosofis.

2.      Pengertian pedidikan  Islam (  Ta’dib dan dan Tarbiyah )

Dalan istilah yang sering digunakan dalam menunjukkan penidikan Islam, secara keseluruhan menggunakan istilah tabiyah, ta’lim dan ta’dib, yang dipaki secara bersaman. Tampil sebagai pembicara utama dalam Konferensi Dunia pertama tentang Pendidikan Islam tahun 1977 di Makkah, Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai ketua komite yang membahas tentang cita-cita dan tujuan pendidikan Islam. Dalam konferensi tersebut, secara sistematis ia mengajukan agar definisi pendidikan Islam diganti menjadi “penanaman adab” dan istilah pendidikan dalam Islam, menjadi ta’dib. Setelah melalui perdebatan yang sengit, kemudian Al-Attas menegaskan bahwa:
“Bagi saya, istilah tarbiyah bukanlah istilah yang tepat dan bukan pula istilah yang benar untuk untuk memaksudkan pendidikan dalam pengertian Islam. Karena istilah yang dipergunakan mesti membawa gagasan yang benar tentang pendidikan dan segala yang terlibat dalam proses pendidikan, maka wajib bagi kita sekarang untuk menguji istilah tarbiyah secara kritis dan jika perlu menggantinya dengan pilihan yang lebih tepat dan benar”. Menurutnya, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah Al-Ta’dib. Konsep ini didasarkan pada hadist Nabi:

 ربي فاحسن تأديني (رواه العسكري عن علي)   ادبني
Artinya  :
“ Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku” (HR. Al-Askary dari Ali ra)
Kata addaba dalam hadis diatas dimaknai Al-Attas sebagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadis tersebut bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membatku mengenali dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuat di dalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah membuat pendidikanku yang paling baik”.

Selanjutnya, istilah tarbiyah menurut Al-Attas merupakan istilah yang relatif baru, yang bisa dikatakan telah dibuat-buat oleh orang-orang yang mengaitkan dirinya dengan pemikiran modern. Istilah tersebut dimaksudkan mengungkapkan makna pendidikan tanpa memperhatikan sifat yang sebenarnya, adapun kata-kata Latin educare dan educatio, yang dalam bahaa iggris “educe” yang berarti menghasilkan, mengembangkan, dari kepribadian yang tersembunyi atau potensial, yang di dalamnya “proses menghasilkaan dan mengembangkan” mengacu pada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material.  Kemudian alasan beliau menolak istilah tarbiyah sebab ini hanya menyinggung aspek fisik dalam mengembangkan tanaman-tanaman dan terbatas pada aspek fisikal dan emosional dalam pertumbuhan dan perkembangan binatang dan manusia.
Selanjutnya Al- Attas menolak peristilahan tarbiyah dan ta’lim yang selama ini dianggap sebagai pengertian yang lengkap mengenai pendidikan dalam Islam, sebab istilah tersebut menujukkan ketidak sesuaian makna.
3.      Tujuan Pendidikan Islam
Al-Attas menegaskan dan menjelaskan bahwa tujuan pedidikan menurut Islam bukanlah untuk mengasilkan warga negara dan pekerja yang baik. Sebaliknya, tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang baik. Pada september 1970, Al-Attas mengajukan kepada Ghazali Syafie, yang kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri Malaysia, bahwa “ Tujuan pendidikan dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi seharusnya tidak ditujukan untuk menghasilkan warga negara yang sempurna, tetapi untuk memunculkan manusia paripurna (lengkap).

4.      Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut Al-Attas, struktur ilmu pengetahuan dan kurikulum pendidikan Islam seharusnya menggambarkan manusia dan hakikatnya yang harus di implementasikan pertama-tama pada tingkat universitas. Struktur dan kurikulum ini  secara bertahap kemudian diaplikasikan pada tingkat rendah. Secara alami, kurikulum tersebut diambil dari hakikat manusia yang berifat ganda, aspek fisikalnya lebih berhubungan dengan pengetahuannya mengenai ilmu-ilmu fisikal dan teknikal atau fardlu kifayah, sedangkan keadaan spiritualnya sebagaimana terkandung dalam istilah-istilah ruh, nafs, qalb dan al lebih tepatnya berhubungan dengan ilmu inti atau fardlu ain.

5.      Metode Pendidikan Islam

Ciri metode pendidikan Al-Attas  adalah penggunaan metafora d cerita sebagai contoh atau perumpamaan yang juga banyak digunakan dalam Al-Qur’an dan Hadist, adalah suatu yang wajar bahwa para ulama menggunakan cara-cara ini sebagai bagian dari integral dari padadogi mereka. Karena  Efektifitas metode ini tidak diragukan lagi.


Nama : Mirza Ahsan
Nim      :1020049
Prodi    : PBA-B



Tidak ada komentar:

Posting Komentar